Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Banyak Tapinya, Tapi Untungnya Aku Terus Berjalan: #4

Bercerita atau memendam? Tapi... Sebenarnya, tidak banyak yang ingin aku cerita. Kata orang bercerita dapat apa—kalau enggak dihakimi, ujungnya adu nasib ataukah dibilangin sabar. Kendati pun demikian, menyimpan banyak cerita adalah suatu kemungkinan yang membuat manusia bergerak di ruang terbatas.  Cerita yang aku maksud bukanlah cerita tentang seorang mahasiswa yang dibunuh temannya karena cuman bisa satu hero dalam game online. Tapi, cerita yang aku maksud adalah sebuah masalah yang kemudian menjadi cerita yang panjang. Di lain sisi, cerita itu seperti sebuah jebakan yang tak jarang membuat si pencerita buta arah untuk menjelaskannya. Terlalu panjang untuk diceritakan dan terlalu memuakkan untuk di pendam. Bercerita atau pendam sendiri? Dua hal yang menjadi keputusan panjang bagi si pencerita. Kadang diam menjadi solusi, tapi kadang juga menjadi jebakan. Bagiku sendiri, membisu bagi sesuatu yang harusnya berteriak sesungguhnya sebuah langkah awal menuju kutukan. Selama ini, aku ...

Banyak Tapinya, Tapi Untungnya Aku Terus Berjalan: #3

Kekecewaan adalah sebuah landasan untuk menemukan jawaban tentang jalan yang selalu berantakan. Lahirnya kekecewaan bermula dari harapan yang tidak didapatkan sesuai dengan kebutuhan. Ini sering kali terjadi dalam sebuah hubungan, salah satunya adalah denganmu. Tapi bukan itu yang aku bahas sekarang ini, bagian inti yang ingin aku bahas adalah perihal kekecewaan. Hubungan kita yang sudah semakin berantakan mulai memberikan gambaran-gambaran tentang kekecewaan. Aku mulai dikuasai olehnya yang kian hari semakin membunuh kewarasan yang ada padaku. Mungkin dengan sedikit memaknai atau mencari jawaban bagi kekecewaan dapat membuatku sedikit lebih baik walau itu hanya sejenak. Setidaknya aku bisa menemukan alasan mengapa aku sekecewa ini. Pertama-tama adalah merenungkan pertanyaan, lalu itu mengaitkan itu pada apa yang perasaanku inginkan. Sebenarnya ada banyak yang perasaanku inginkan, tapi fokusnya pada kekecewan, sebab itulah yang menurutku penting. Aku harus segera menemukan alasan! Apak...

Banyak Tapinya, Tapi Untungnya Aku Terus Berjalan: #2

Tapi terlalu sibuk ya? Sampai-sampai waktu yang aku minta benar-benar tidak ada. Kalaupun ada, kita gunakan untuk beradu argumen. Sesulit ini mengembalikan keadaan. Bahkan dengan waktu sekecil itu, bukannya kita gunakan untuk bersandar melainkan kita gunakan untuk bertengkar. Sampai sekarang aku masih terjaga, manunggu, dan terus bertanya-tanya. Di mana bagian yang membuatmu diam? Di mana letak kesalahannya? Apa benar kau sudah bosan? Sialan! Apa tidak ada pertanyaan lain selain itu?  Aku tidak terbiasa tanpa kabar, walau hanya sejenak dari sela-sela kesibukanmu, itu sudah cukup untuk membuatku yakin atau paling tidak aku merasa bahwa aku masih dihargai. Tapi, selalu menuntutmu guna memenuhi kebutuhanku adalah sesuatu yang menurutku kurang baik. Namun, dengan cara apalagi yang dapat aku lakukan untuk mengusir kekhawatiran yang membandel?  Aku sudah memutar beberapa kali lagu yang aku sukai atau yang kamu sukai. Pelarian nomor satu yang aku lakukan di dalam kondisi terjebak ...

Usai

Dia adalah sesuatu yang tidak bisa diceritakan dalam kesedihan walaupun apa yang dia tinggalkan begitu menyedihkan. Namun selalu ada kebahagiaan di tengah-tengah kesedihan, itulah yang membuat dia selalu menyenangkan dalam bentuk apa pun.

Banyak Tapinya, Tapi Aku Terus Berjalan : #1

Aku sudah kehilangan cara untuk menghitung seberapa banyak pertanyaan yang terus berulang-ulang aku sebutkan setiap malam. Terlalu mengganggu tidurku dan sulit membuatku yakin pada apa yang sudah jauh berjalan. Aku cukup menyesal, kenapa sebelum kita bertemu, kesadaran ini hadir untukku. Andai kata sebelum jauh mengenalmu, aku sudah menyadari tentang hubungan tanpa kepastian ini, mungkin saja aku tidak akan sejauh ini terluka dalam perasaan. Bila saja kamu menjadi aku, mungkin kamu akan mengerti seperti apa tersiksanya menjalani hubungan ini atau... Mungkin kamu sudah pernah berada diposisi yang sekarang ini aku pijak, hanya saja tidak denganku. Tapi, kenapa justru kamu membuatku sulit mengerti tentang dirimu, seperti apa yang ada pada perasaanmu ataukah masalah apa yang membuatmu selalu menjauh dari perdebatan tentang perasaan. Bukankah jika benar bahwa kamu sudah pernah menjalani semua ini, maka kamu tidak akan membuatku tersiksa semacam ini.  Sungguh! Ini melelahkan! Saking lela...

Bagaimana?

Bagaimana? Bagaimana dengan kepercayaan yang sudah kamu bentuk setinggi langit kemarin? Lantas runtuh menjadi sebuah hal yang membuatmu mati kepercayaan dengan siapapun dan apapun.  Tapi bagaimana kalau justru itulah yang kemudian membuatmu mengerti kenapa kamu harus dipisahkan dari hal-hal yang membuatmu terlalu percaya?  Itulah sebabnya kita harus mengerti batasan.

Menjelang Subuh

Menggantungkan kebahagiaan sejati kepada orang lain adalah penghalang besar untuk memperoleh ketenangan. Kebahagiaan sejati datangnya dari bentuk-bentuk paling sederhana, misalnya refleksi dan/atau introspeksi. Bila kemudian tiada refleksi dalam kehidupan, kebahagiaan hanya omong kosong. (Garonggong, Makale-25)

Arah

"Takut bertanya membuatmu tersesat." Sudah itu aku bertanya. Lantas kenapa aku selalu tersesat? Mungkin saja ada banyak kekeliruan atau sesuatu tersembunyi yang tidak seharusnya aku ketahui. Tersesat artinya aku butuh jalan yang membawaku kembali ke jalan yang benar. 

Kalaupun

Kalaupun memang ada masalah, cerita. Kalaupun memang mau menjauh, bilang.  Kalaupun memang mau berhenti, bilang.  Kalaupun memang bosan, bilang.  Kalaupun memang sibuk, bilang. Kalaupun memang memilih masa lalu, bilang. Setelah aku benar-benar muak terus bertanya-tanya sendiri tentang apa sebetulnya yang sedang terjadi, aku hanya ingin kepastian. Begitu semuanya terungkap, aku ingin istirahat dalam keabadian.

Iklan #2

Novel "Sepasang Anak Petani" buah karya dari saya. Tidak banyak isinya, hanya beberapa poin yang saya cantumkan di dalamnya. Dan ya, tidak juga terlalu sempurna, banyak typonya. Bahkan Ester juga mengakui itu!  Halaman novel ini lebih kurangnya 300+ dengan cerita yang dapat menidurkan pembacanya. Tidak banyak isinya, hanya ada beberapa poin penting yang saya cantumkan. Dari kemanusiaan, keadilan, cinta, alam, keserderhanaan dan tentunya sedikit bumbu motivasi. Alurnya juga sedikit berantakan tapi untungnya selalu ada kesempatan untuk memperbaiki. Saya cerita sedikit tentang isi bukunya: Ada satu sosok, pemabuk, kata para ras terkuat di desa atau ibu-ibu, dia adalah "korannya para ibu-ibu". Benar, sebab dia memang menjadi bahan cerita atau gosip ibu-ibu di awal pagi ataukah sore hari. Dia itu, Briel. Punya teman namanya Frans, mereka berdua sering minum sebelum mereka berangkat ke kota besar untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Singkatnya, Briel tidak lolos d...

Iklan

Lagi, saya bukan menulis hanya karena uang. Walaupun pasti saya tidak mungkin mengelak dari "karena uang saya menulis". Itu terlalu munafik! Uang bukan sesuatu yang harus dikedepankan, ada saatnya uang menjadi sesuatu yang dikesampingkan untuk tujuan tertentu. Misal, tujuan saya menulis bukan hanya tentang uang, itu poin belakangan. Yang menjadi tujuan saya menulis adalah mengisi kekosongan hari-hari saya dan/atau sebagai tempat pelarian dari keresahan. Saya hanya ingin memberikan wawasan dan pandangan baru kepada orang yang membutuhkan, sebab barangkali dari sepata kata dapat menjadi kesadaran baru bagi orang-orang yang membacanya untuk melangkah lebih maju. Saya juga termasuk mabuk membaca, karena itu saya juga menulis. Akan ada suatu masa, menulis memang menjadi pekerjaan untuk saya. Bicara-bicara, bukunya ada di bawah ini:

Unek-unek Homosapiens

Bagian paling menarik untuk diceritakan dalam kehidupan ini bukan hanya tentang penolakan dan perlawan, kebebasan dan keadilan, teman-teman lucu dan perempuan cantik nan jelita. Bagiku, usai jatuh dan bangkit lagi—baru kemudian berdiri menertawakan semua yang sudah berlalu adalah bagian paling menarik untuk diceritakan. Bukan hanya berbagi pengalaman dan pengetahuan, jauh dari itu melibatkan wujud kekuatan dan kehebatan mahkluk yang disebut sebagai seorang manusia. 

Pejalan

Hilang arah? Bagiku, seorang pejalan tidak layak disebut sebagai seorang yang kehilangan arah. Mereka hanya lelah ataukah sekadar berteduh untuk mengisi tenaga sebelum mereka kembali berjalan jauh. Seorang yang terbiasa berjalan sudah menyatu dengan lelah tapi bukan berarti mereka kalah dan menyerah, mereka itu terdidik oleh manajemen waktu. Kapan mereka akan melangkah dan kapan mereka berhenti.  Agaknya, menjadi seorang pejalan itu adalah sebuah analogi yang tepat untuk bangkit dari kekalahan.

Unjuk Rasa

Energimu terkuras sebab mungkin kemarin kamu terlalu bersikeras. Tetaplah waras, jangan terlalu sadis pada dirimu sendiri walaupun kamu tengah mencoba membuktikan kejujuran tanpa dibungkus dengan kemunafikan.  Kamu mungkin menangis dan sudah mengemis agar sesuatu yang kau cintai tidak pergi darimu. Namun, orang-orang punya batas, orang-orang semuanya bebas dalam menentukan masa depan dan kebahagiaan. Mungkin jalan kebahagiaan mereka adalah melepaskanmu dan... Jika benar kamu mencintainya, maka lepaskanlah dia dengan kebahagiaannya. Itu juga termasuk cara mencintai.  Tidak masalah istirahat sebentar dan memilih sendiri. Sakit memang sudah pasti, tapi apakah rasa sakit itu tercipta tanpa peran? Bagiku... Rasa sakit adalah pendorong utama dalam upaya menjadi sesuatu yang lebih baik. Kemarin kamu sampai dititik ini karena apa, bukankah karena suatu dorongan dari rasa sakit?  Mungkin sebagian orang juga melewati prosesnya dengan kebahagiaan. Anggap saja itu adalah kelebihan me...

Inspiration

Siapa yang tidak mengenal sosok penulis buku best seller "The Subtle Art of Not Giving a Fu*ck" (Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat). Yaps! Itu adalah Mark Manson! Ia adalah sosok awal yang mengubah pandanganku tentang kehidupan.  Coba saja ketik namanya di Facebook ataukah di media sosial lainnya, maka akan muncul beberapa tulisan yang membuat kamu sedikit kepanasan. Tulisannya memang bagus dan pedas, tapi dibalik semua itu ada hal yang membuatku tergila-gila, terlalu nyaman, dan menghabiskan sisa waktu kosong untuk menelaah setiap tulisannya. Satu hal yang membuatku tersenyum sendiri dan tidak ingin segera keluar dari berandanya. Itu adalah tentang penilaian. Aku menangkap beberapa poin dari tulisannya itu. Berguna sekali, menurutku.  Penilaian itu sebenarnya bukan urusan diri kita sendiri, melainkan urusan orang lain yang di luar daripada kita. Kiranya, begitulah bunyi dari kutipannya.  Tertusuk! Benar demikian, bahwa untuk sebuah penilaian adalah urusan orang-orang ...

Batasan dan Alasan

Capeknya orang-orang itu ada banyak dan tidak semua orang dapat berbagi rasa capeknya. Maksudnya, ada orang yang memilih diam dan menghilang ketika capek, itu mungkin adalah cara paling terbaik menurut mereka. Sebagian orang juga merasa bahwa capeknya harus mereka bayar dengan bercerita dan ataukah keluar jalan-jalan ke tempat yang mereka sukai. Inilah kemudian yang dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi kita untuk dapat memahami batasan manusia dalam tatanan kehidupan.  Batasan-batasan itu lahir guna untuk menjaga sebuah keharmonisan dalam kehidupan. Terlalu berharap kepedulian lebih ataukah sebaliknya adalah hal yang bisa saja menjadi landasan bagi hilangnya kepercayaan dan keakraban manusia. Dengan menemukan alasan dibalik batasan itu, rasanya kebahagiaan adalah milikmu setiap hari.

Introspeksi Dua Menit

Bagi sebagian jiwa-jiwa yang terlanjur babak belur, sesekali jangan terlalu munafik pada bayangan dirimu dalam cermin. Lihatlah air mata yang jatuh bercucuran, resapilah sesak yang kamu tahan, sudah itu, baiknya kamu mencoba untuk jujur kepada dirimu sendiri. Jika lelah, jujurlah bahwa kamu lelah. Jika lemah, jujurlah bahwa kamu memang lemah. Tidak ada yang sempurna di alam semesta ini, tapi kita bisa menjadi lebih baik dengan jujur pada diri sendiri dan menerima apa yang telah ada pada diri kita sendiri, itu sudah lebih dari sempurna. Sebab menerima diri sendiri itu adalah hal paling susah untuk digapai oleh manusia, bersyukurlah bila kamu mampu menjadi bagian yang benar-benar dirimu sendiri.  Begitu kamu menyadari itu, kelak kamu bisa mengerti seberapa penting dan seberapa berharganya dirimu untuk kamu sayangi, juga cintai sepenuh hati. Karenanya, kamu memperoleh hal yang baik, pelajaran yang tidak pernah ada di gedung sekolah ataukah kampus. Semua itu adalah salah bentuk kesempu...