Langsung ke konten utama

Unjuk Rasa

Energimu terkuras sebab mungkin kemarin kamu terlalu bersikeras.

Tetaplah waras, jangan terlalu sadis pada dirimu sendiri walaupun kamu tengah mencoba membuktikan kejujuran tanpa dibungkus dengan kemunafikan. 

Kamu mungkin menangis dan sudah mengemis agar sesuatu yang kau cintai tidak pergi darimu. Namun, orang-orang punya batas, orang-orang semuanya bebas dalam menentukan masa depan dan kebahagiaan. Mungkin jalan kebahagiaan mereka adalah melepaskanmu dan... Jika benar kamu mencintainya, maka lepaskanlah dia dengan kebahagiaannya. Itu juga termasuk cara mencintai. 

Tidak masalah istirahat sebentar dan memilih sendiri. Sakit memang sudah pasti, tapi apakah rasa sakit itu tercipta tanpa peran? Bagiku... Rasa sakit adalah pendorong utama dalam upaya menjadi sesuatu yang lebih baik. Kemarin kamu sampai dititik ini karena apa, bukankah karena suatu dorongan dari rasa sakit? 

Mungkin sebagian orang juga melewati prosesnya dengan kebahagiaan. Anggap saja itu adalah kelebihan mereka. Sejauh mungkin lepaskan keterbiasaan membandingkan kehidupan. Karena bagimu yang melewati badai dengan rasa sakit adalah sesuatu yang juga istimewa dan sesuatu hal yang menjadi kelebihan tersendiri, bahwasanya kamu bisa sejauh itu menapaki rasa sakit tanpa berpikir untuk menyerah.

Jadikan rasa sakit itu sebagai suatu kelebihan untuk menciptakan sesuatu yang kau sebut kebahagiaan. Dunia itu selalu adil, namun bersabarlah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tetanggaku

"Orang yang paham akan cenderung mempelajari dan, orang yang tidak paham akan cenderung menghakimi." Masyarakat Sini. Beginilah hidup di tengah-tengah mereka. Apa-apa kalau kita orang tak berada yah di lihat ke bawah. Padahal aslinya otak mereka harus sedikit di bedah. Tidak harus banyak. Sedikit saja.  Hidup di tengah-tengah mereka, tidak jarang membuatku menepi. Bukan karena takut atau tidak berani. Tapi, mau dikasih tahu mereka tidak peduli. Dibiarkan malah menjadi-jadi. Lepas itu. Mereka yang sepaham akan sama-sama mempelajari dan mereka yang tidak sepaham akan sama-sama menghakimi.  Tak jarang pula, aku kerap menemukan kejanggalan. Yang katanya beretorika jadinya mengada-ada. Yang katanya berlogika jadinya pasang dada. Yang katanya punya segalanya jadinya meminta-minta tenaga kerja. Jadi pusing yang pamam mana dan yang tidak.

Dari kaca mata mereka

Ayam-ayam jantan berkabar ke seluruh kota. Si tukang koran baru saja lewat. Para mahasiswa satu per satu tampak lalu lalang. Pameran-pameran kaos baru saja di mulai. Stile-stile mulai beradu gengsi. Sepatu putih, celana jeans , dan tentu saja jaket over size . Kalau tidak, yah pasti baju dengan ukuran yang melebihi badan si pamerannya.  Kurang lebih dua menit. Aku baru saja tiba di kampus. Celana ala kadarnya. Kata mereka sih, ini adalah celana buangan. Kemeja flanelku terkesan seperti "Jamet" kata temanku. Itu masih mending, masih nyaman, dan tentu tidak merugikan mereka. Di atas kepalaku berdiamlah kupluk yang paling banyak di lirik oleh mereka. Kata mereka lagi, ini membuatku tampak seperti anak kuli bangunan bukan anak kuliahan.  Tertelan menit. Lewatlah sepatu putih melintas di depanku. Kali ini aku sudah duduk di tangga. Mumpung dosen belum ada, barangkali sebatang rokok masih bisa membunuh pikiranku tentang lirikan mereka. Contohnya saja yang baru saja lewat. Sepatu pu...

Pemulihan - Hari Pertama

Pagi  ini terasa berbeda lagi dari pagi yang kemarin. Hari ini lebih sedikit membahagiakan, walau pikiran-pikiran masih sering mengacaukan perjuangan pemulihan ini. Pulih yang saya maksudkan adalah pulih dari apa yang terus menempel dalam pikiran. Dengan kata lain adalah pikiran buruk serta ketakutan. Dari pengantar hingga sampai di halaman ini, mungkin masih belum cukup untuk menjelaskan apa sebetulnya tujuan tulisan ini. Saya sendiri sebagai dalang lahirnya tulisan ini tidak mengerti apa yang saya tuliskan. Ini hanya semacam bercerita tanpa suara. Melepaskan keresahan yang ada dalam pikiranku. Bukankah kekacauan juga seperti itu, sering kita tidak tahu di mana letak kekacauan bermula. Tapi semalam saya mendapatkan sebuah kesadaran, bahwa kekacauan ini berawal dari kekecewaan kita yang mulai menyerempet masuk ke dalam batin kita. Yang pada akhirnya menjatuhkan kita pada dunia yang bukan kita inginkan. Kita jauh dari Tuhan. Kita kekurangan kebahagiaan. Kita haus akan perhatian, ent...