Langsung ke konten utama

Banyak Tapinya, Tapi Untungnya Aku Terus Berjalan: #3

Kekecewaan adalah sebuah landasan untuk menemukan jawaban tentang jalan yang selalu berantakan. Lahirnya kekecewaan bermula dari harapan yang tidak didapatkan sesuai dengan kebutuhan. Ini sering kali terjadi dalam sebuah hubungan, salah satunya adalah denganmu. Tapi bukan itu yang aku bahas sekarang ini, bagian inti yang ingin aku bahas adalah perihal kekecewaan.

Hubungan kita yang sudah semakin berantakan mulai memberikan gambaran-gambaran tentang kekecewaan. Aku mulai dikuasai olehnya yang kian hari semakin membunuh kewarasan yang ada padaku. Mungkin dengan sedikit memaknai atau mencari jawaban bagi kekecewaan dapat membuatku sedikit lebih baik walau itu hanya sejenak. Setidaknya aku bisa menemukan alasan mengapa aku sekecewa ini.

Pertama-tama adalah merenungkan pertanyaan, lalu itu mengaitkan itu pada apa yang perasaanku inginkan. Sebenarnya ada banyak yang perasaanku inginkan, tapi fokusnya pada kekecewan, sebab itulah yang menurutku penting. Aku harus segera menemukan alasan!

Apakah kekecewaan lahir tanpa peran? Aku rasa semua yang tercipta di dunia ini memiliki perannya masing-masing. Ada yang baik dan ada yang buruk, tinggal bagaimana aku memilah diantara keduanya.

Kekecewaan lahir untuk sebuah bentuk kesadaran, bagiku itulah jalan satu-satunya yang aku temukan untuk berdamai dengan keadaan. Berkat kesadaran dari kekecewaan itu, aku mampu memecahkan bahwa letak kekacauan ini bermula dari kekecewaan itu sendiri.

Kekecewaan ini muncul saat harapanku tidak pernah tersampaikan atau sesuai dengan yang aku inginkan, saat yang sama aku sebetulnya sudah terluka dengan hebat, barulah kemudian aku membiarkan kekecewaan itu tumbuh dalam diriku hingga melupakannya karena egoku untuk mendapatkan harapanku lebih besar daripada kekecewaan yang ternyata perlahan-lahan tumbuh bersarang dalam diriku. Hingga, aku menemukan kesadaran bahwa kekecewaan telah meringkus diriku sejauh ini dalam luka yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Kekecewaan ini, siklusnya hampir sama dengan pertemuan. Sebelum kita jauh saling mengenal, nyatanya ada luka yang sudah kita rawat hingga tumbuh besar, yang kemudian membuat kita berpisah.

Kekecewaan dan pertemuan, dua hal yang selalu berjalan berdampingan, berlomba-lomba siapa yang menjadi pemenang, sampai keduanya memberikanku jawaban tentang berdamai dengan keadaan.

Pertemuan adalah luka yang kemudian kita rawat hingga membuat kita berpisah sedangkan kekecewaan adalah suatu kesadaran untuk mengurangi sebuah harapan yang tidak realistis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tetanggaku

"Orang yang paham akan cenderung mempelajari dan, orang yang tidak paham akan cenderung menghakimi." Masyarakat Sini. Beginilah hidup di tengah-tengah mereka. Apa-apa kalau kita orang tak berada yah di lihat ke bawah. Padahal aslinya otak mereka harus sedikit di bedah. Tidak harus banyak. Sedikit saja.  Hidup di tengah-tengah mereka, tidak jarang membuatku menepi. Bukan karena takut atau tidak berani. Tapi, mau dikasih tahu mereka tidak peduli. Dibiarkan malah menjadi-jadi. Lepas itu. Mereka yang sepaham akan sama-sama mempelajari dan mereka yang tidak sepaham akan sama-sama menghakimi.  Tak jarang pula, aku kerap menemukan kejanggalan. Yang katanya beretorika jadinya mengada-ada. Yang katanya berlogika jadinya pasang dada. Yang katanya punya segalanya jadinya meminta-minta tenaga kerja. Jadi pusing yang pamam mana dan yang tidak.

Dari kaca mata mereka

Ayam-ayam jantan berkabar ke seluruh kota. Si tukang koran baru saja lewat. Para mahasiswa satu per satu tampak lalu lalang. Pameran-pameran kaos baru saja di mulai. Stile-stile mulai beradu gengsi. Sepatu putih, celana jeans , dan tentu saja jaket over size . Kalau tidak, yah pasti baju dengan ukuran yang melebihi badan si pamerannya.  Kurang lebih dua menit. Aku baru saja tiba di kampus. Celana ala kadarnya. Kata mereka sih, ini adalah celana buangan. Kemeja flanelku terkesan seperti "Jamet" kata temanku. Itu masih mending, masih nyaman, dan tentu tidak merugikan mereka. Di atas kepalaku berdiamlah kupluk yang paling banyak di lirik oleh mereka. Kata mereka lagi, ini membuatku tampak seperti anak kuli bangunan bukan anak kuliahan.  Tertelan menit. Lewatlah sepatu putih melintas di depanku. Kali ini aku sudah duduk di tangga. Mumpung dosen belum ada, barangkali sebatang rokok masih bisa membunuh pikiranku tentang lirikan mereka. Contohnya saja yang baru saja lewat. Sepatu pu...

Pemulihan - Hari Pertama

Pagi  ini terasa berbeda lagi dari pagi yang kemarin. Hari ini lebih sedikit membahagiakan, walau pikiran-pikiran masih sering mengacaukan perjuangan pemulihan ini. Pulih yang saya maksudkan adalah pulih dari apa yang terus menempel dalam pikiran. Dengan kata lain adalah pikiran buruk serta ketakutan. Dari pengantar hingga sampai di halaman ini, mungkin masih belum cukup untuk menjelaskan apa sebetulnya tujuan tulisan ini. Saya sendiri sebagai dalang lahirnya tulisan ini tidak mengerti apa yang saya tuliskan. Ini hanya semacam bercerita tanpa suara. Melepaskan keresahan yang ada dalam pikiranku. Bukankah kekacauan juga seperti itu, sering kita tidak tahu di mana letak kekacauan bermula. Tapi semalam saya mendapatkan sebuah kesadaran, bahwa kekacauan ini berawal dari kekecewaan kita yang mulai menyerempet masuk ke dalam batin kita. Yang pada akhirnya menjatuhkan kita pada dunia yang bukan kita inginkan. Kita jauh dari Tuhan. Kita kekurangan kebahagiaan. Kita haus akan perhatian, ent...