Langsung ke konten utama

Introspeksi Dua Menit

Bagi sebagian jiwa-jiwa yang terlanjur babak belur, sesekali jangan terlalu munafik pada bayangan dirimu dalam cermin. Lihatlah air mata yang jatuh bercucuran, resapilah sesak yang kamu tahan, sudah itu, baiknya kamu mencoba untuk jujur kepada dirimu sendiri. Jika lelah, jujurlah bahwa kamu lelah. Jika lemah, jujurlah bahwa kamu memang lemah. Tidak ada yang sempurna di alam semesta ini, tapi kita bisa menjadi lebih baik dengan jujur pada diri sendiri dan menerima apa yang telah ada pada diri kita sendiri, itu sudah lebih dari sempurna. Sebab menerima diri sendiri itu adalah hal paling susah untuk digapai oleh manusia, bersyukurlah bila kamu mampu menjadi bagian yang benar-benar dirimu sendiri. 

Begitu kamu menyadari itu, kelak kamu bisa mengerti seberapa penting dan seberapa berharganya dirimu untuk kamu sayangi, juga cintai sepenuh hati. Karenanya, kamu memperoleh hal yang baik, pelajaran yang tidak pernah ada di gedung sekolah ataukah kampus. Semua itu adalah salah bentuk kesempurnaan, berhentilah mengejar kesempurnaan di atas kesempurnaan.

Kamu lelah adalah tanda bahwa kamu sudah berjuang
Kamu lemah adalah tanda bahwa kamu sudah menerima dirimu sendiri. Bertahanlah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tetanggaku

"Orang yang paham akan cenderung mempelajari dan, orang yang tidak paham akan cenderung menghakimi." Masyarakat Sini. Beginilah hidup di tengah-tengah mereka. Apa-apa kalau kita orang tak berada yah di lihat ke bawah. Padahal aslinya otak mereka harus sedikit di bedah. Tidak harus banyak. Sedikit saja.  Hidup di tengah-tengah mereka, tidak jarang membuatku menepi. Bukan karena takut atau tidak berani. Tapi, mau dikasih tahu mereka tidak peduli. Dibiarkan malah menjadi-jadi. Lepas itu. Mereka yang sepaham akan sama-sama mempelajari dan mereka yang tidak sepaham akan sama-sama menghakimi.  Tak jarang pula, aku kerap menemukan kejanggalan. Yang katanya beretorika jadinya mengada-ada. Yang katanya berlogika jadinya pasang dada. Yang katanya punya segalanya jadinya meminta-minta tenaga kerja. Jadi pusing yang pamam mana dan yang tidak.

Dari kaca mata mereka

Ayam-ayam jantan berkabar ke seluruh kota. Si tukang koran baru saja lewat. Para mahasiswa satu per satu tampak lalu lalang. Pameran-pameran kaos baru saja di mulai. Stile-stile mulai beradu gengsi. Sepatu putih, celana jeans , dan tentu saja jaket over size . Kalau tidak, yah pasti baju dengan ukuran yang melebihi badan si pamerannya.  Kurang lebih dua menit. Aku baru saja tiba di kampus. Celana ala kadarnya. Kata mereka sih, ini adalah celana buangan. Kemeja flanelku terkesan seperti "Jamet" kata temanku. Itu masih mending, masih nyaman, dan tentu tidak merugikan mereka. Di atas kepalaku berdiamlah kupluk yang paling banyak di lirik oleh mereka. Kata mereka lagi, ini membuatku tampak seperti anak kuli bangunan bukan anak kuliahan.  Tertelan menit. Lewatlah sepatu putih melintas di depanku. Kali ini aku sudah duduk di tangga. Mumpung dosen belum ada, barangkali sebatang rokok masih bisa membunuh pikiranku tentang lirikan mereka. Contohnya saja yang baru saja lewat. Sepatu pu...

Pemulihan - Hari Pertama

Pagi  ini terasa berbeda lagi dari pagi yang kemarin. Hari ini lebih sedikit membahagiakan, walau pikiran-pikiran masih sering mengacaukan perjuangan pemulihan ini. Pulih yang saya maksudkan adalah pulih dari apa yang terus menempel dalam pikiran. Dengan kata lain adalah pikiran buruk serta ketakutan. Dari pengantar hingga sampai di halaman ini, mungkin masih belum cukup untuk menjelaskan apa sebetulnya tujuan tulisan ini. Saya sendiri sebagai dalang lahirnya tulisan ini tidak mengerti apa yang saya tuliskan. Ini hanya semacam bercerita tanpa suara. Melepaskan keresahan yang ada dalam pikiranku. Bukankah kekacauan juga seperti itu, sering kita tidak tahu di mana letak kekacauan bermula. Tapi semalam saya mendapatkan sebuah kesadaran, bahwa kekacauan ini berawal dari kekecewaan kita yang mulai menyerempet masuk ke dalam batin kita. Yang pada akhirnya menjatuhkan kita pada dunia yang bukan kita inginkan. Kita jauh dari Tuhan. Kita kekurangan kebahagiaan. Kita haus akan perhatian, ent...