Langsung ke konten utama

PENGANTAR

PENGANTAR 

Ada banyak hal yang kita tinggalkan tiap detiknya. Pikiran-pikiran konyol dan juga rasional berlangsung lalu lalang tiap napas kita keluar. Lalu apa yang membuat kita sering tidak menyadari napas itu? Lalu apa tujuan napas itu? Lalu apa makna di balik semua ini? 

Rasa-rasanya, semua tanda tanya ini terlalu jauh untuk ditanyakan dalam diri masing-masing. Terlalu berat untuk ditampung dalam wadah pemikiran dan terlalu dangkal untuk diselami diri sendiri. Sebagian besar mungkin akan terjawab oleh alam bawa sadar kita, sebagian pula akan terdampar begitu saja di dasar hati masing-masing.

Sama sekali aku tidak pernah tahu, apa yang mereka akan katakan ketika aku mulai membungkam mulutku. Kritikan tentu saja ada disetiap proses dan dukungan akan selalu berdampingan. Tapi ini bukan tentang dukungan ataupun tentang kritikan. Ini adalah sebuah keresahan yang tiap hari datang dan menempel telanjang dalam pikiran. Lalu apa? Lalu ini adalah suara lantang yang tidak sempat aku ucapkan saat sebelum aku bungkam tentang semua yang menjadi tekanan dalam diriku.

Setiap lembaran tak jarang adalah lembaran harian yang terkumpul menjadi satu kesatuan yang tidak akan terlupakan. Mungkinkah ini akan diabaikan? Ataukah malahan dibuang ke selokan? Aku rasa itu bukan urusan yang menjadi beban untuk melanjutkan sebuah perjalanan. Justru itu adalah jembatan menuju kehidupan dengan bermacam-macam cara Tuhan menghadirkan pelajaran.

Belum lagi dengan fenomena-fenomena yang hadir disaban harinya. Dan, tentu saja itu adalah sebuah cara Tuhan memberikan jalan menuju masa depan. Namun itu, bicara-bicara apa inti dalam tulisan ini? Ada yang memiliki pertanyaan sama dengan yang baru saja lewat? Jika benar demikian, bahwa sebenarnya itu adalah jawaban. Sebab benar bahwa apa sebenarnya inti tulisan ini? Dari awal aku tidak tahu apakah ini semacam cerita, puisi, ataukah karangan, yang pasti bahwa ini bukan sebuah novel. Kata yang tersusun ini adalah sebuah karangan harian yang tidak memiliki arah akan berakhir di mana dan kapan. 

Sebelum itu, berikanlah aku jeda untuk meneruskan karangan ini. Oh ya, isinya pasaran kok, banyak di buku-buku lain tapi bukan berarti aku mengkopas tulisan. Ini murni dari hasil pengamatan indrawi. Tentang perjalanan menempuh kehidupan.

Selamat membaca...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tetanggaku

"Orang yang paham akan cenderung mempelajari dan, orang yang tidak paham akan cenderung menghakimi." Masyarakat Sini. Beginilah hidup di tengah-tengah mereka. Apa-apa kalau kita orang tak berada yah di lihat ke bawah. Padahal aslinya otak mereka harus sedikit di bedah. Tidak harus banyak. Sedikit saja.  Hidup di tengah-tengah mereka, tidak jarang membuatku menepi. Bukan karena takut atau tidak berani. Tapi, mau dikasih tahu mereka tidak peduli. Dibiarkan malah menjadi-jadi. Lepas itu. Mereka yang sepaham akan sama-sama mempelajari dan mereka yang tidak sepaham akan sama-sama menghakimi.  Tak jarang pula, aku kerap menemukan kejanggalan. Yang katanya beretorika jadinya mengada-ada. Yang katanya berlogika jadinya pasang dada. Yang katanya punya segalanya jadinya meminta-minta tenaga kerja. Jadi pusing yang pamam mana dan yang tidak.

Dari kaca mata mereka

Ayam-ayam jantan berkabar ke seluruh kota. Si tukang koran baru saja lewat. Para mahasiswa satu per satu tampak lalu lalang. Pameran-pameran kaos baru saja di mulai. Stile-stile mulai beradu gengsi. Sepatu putih, celana jeans , dan tentu saja jaket over size . Kalau tidak, yah pasti baju dengan ukuran yang melebihi badan si pamerannya.  Kurang lebih dua menit. Aku baru saja tiba di kampus. Celana ala kadarnya. Kata mereka sih, ini adalah celana buangan. Kemeja flanelku terkesan seperti "Jamet" kata temanku. Itu masih mending, masih nyaman, dan tentu tidak merugikan mereka. Di atas kepalaku berdiamlah kupluk yang paling banyak di lirik oleh mereka. Kata mereka lagi, ini membuatku tampak seperti anak kuli bangunan bukan anak kuliahan.  Tertelan menit. Lewatlah sepatu putih melintas di depanku. Kali ini aku sudah duduk di tangga. Mumpung dosen belum ada, barangkali sebatang rokok masih bisa membunuh pikiranku tentang lirikan mereka. Contohnya saja yang baru saja lewat. Sepatu pu...

Pemulihan - Hari Pertama

Pagi  ini terasa berbeda lagi dari pagi yang kemarin. Hari ini lebih sedikit membahagiakan, walau pikiran-pikiran masih sering mengacaukan perjuangan pemulihan ini. Pulih yang saya maksudkan adalah pulih dari apa yang terus menempel dalam pikiran. Dengan kata lain adalah pikiran buruk serta ketakutan. Dari pengantar hingga sampai di halaman ini, mungkin masih belum cukup untuk menjelaskan apa sebetulnya tujuan tulisan ini. Saya sendiri sebagai dalang lahirnya tulisan ini tidak mengerti apa yang saya tuliskan. Ini hanya semacam bercerita tanpa suara. Melepaskan keresahan yang ada dalam pikiranku. Bukankah kekacauan juga seperti itu, sering kita tidak tahu di mana letak kekacauan bermula. Tapi semalam saya mendapatkan sebuah kesadaran, bahwa kekacauan ini berawal dari kekecewaan kita yang mulai menyerempet masuk ke dalam batin kita. Yang pada akhirnya menjatuhkan kita pada dunia yang bukan kita inginkan. Kita jauh dari Tuhan. Kita kekurangan kebahagiaan. Kita haus akan perhatian, ent...