Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2024

Renungan- 2 (Meditasi)

Tidak terasa waktu terus saja berjalan. Melintasi hidup dan kehidupan. Emas paling berarti bukan tentang material-material yang aku pelajari di kampus. Namun, sekarang, emas paling berarti itu berupa waktu. Terasa baru saja kemarin kita merjaut bahagia, merangkai sejarah, dan mengukir masa depan. Tatkala itu telah usai, aku harap kita adalah sadrah yang tidak akan lenyap dalam kisah. Saking banyaknya emas itu. Aku kerap lupa bahwa dirimu senantiasa menunggu kehadiranku lagi. Aku hanyut oleh emas itu hingga aku lupa menengok dirimu. Yah sekalipun tidak dapat ku perjelas dengan kedua mata, setidaknya aku sadar bahwa kau adalah segalanya untukku. Kita itu aneh. Kita itu lucu. Bagaimana tidak, setiap hari kita bertengkar. Tidak pernah sejalan. Sesekali saja kita sejalan jika itu benar-benar adalah perihal proses kita. Di sisi lain. Kita juga hebat. Meski tidak sejalan dan terus bertengkar. Tetapi, kita tetap menyelesaikan hari-hari buruk dan baik kita. Sungguh! Kau adalah satu-satunya yang...

Saya Sendiri (Puisi)

Pucuk malam bersenandung lirih Rembulan perlahan mengirim resah Siapakah dia yang di tujuh Aku! Akulah yang di tujuh Resah itu datang padaku Lelah? Iya aku lelah? Menyerah? Hampir saja Bagaimana tidak, lembaran bertulis masa depan itu tergeletak di mana-mana. Berhamburan sini-sana. Sementara, Aku sangat, Sangat! Ingin sarjana Lalu aku harus bagaimana? Ini, jalannya ke mana? Sungguh! Aku terjebak di dalam jebakan Terjebak di dalam labirin Sialan! Siapakah dalang di balik semua ini? Siapa yang menjebakku dalam labirin ini? Siapa lagi kalau bukan saya sendiri. Jadi, yang menyelesaikan ini: Adalah aku sendiri.

Mimpi (Puisi)

Setiap pagi, Jalanan itu terus saja mengintai Terus saja menanti Terus saja mencari. Ia menunggu sepasang kaki Mencari segenggam mimpi Yang penghujungnya misteri. Lelah itulah yang pasti Capek itu benar-benar terjadi Tapi, Untuk apa menyesali  Semua ini, Sudah terlanjur terjadi.

Teruntukmu (Puisi)

Aku tahu itu sulit,  Tapi untuk apa kita takut. Kita bisa, kita kuat Yah sekalipun itu di selimuti penat. Aku di sini, Ada di saban hari Sebisanya kau temui Untuk hidup dan mati. Kau tidak sendiri  Kau tidak perlu berkecil hati Sebab di sana masih misteri  Teruslah melangkah, jangan berhenti.

Resah (Puisi)

Boleh, Apa boleh aku mengalah  Lelah, Aku benar-benar lelah. Jiwa ini dibalut resah Hatiku dibalut gundah Batinku pedih Kakiku sudah letih Di mana? Di mana ujung mimpi ini? Berapa lama? Berapa lama aku akan menanti? Sedang, aku telah rapuh  Aku telah hilang arah  Salah? Salahkah bila aku mengeluh? Tapi sudahlah  Aku tidak ingin kalah Sebelum aku kembali ke rumah Membawa selembar ijasah Sebagai tanda aku tidak lemah.

Sisi Lain

Malam ini aku tak ingin melewatkan cerita pulang malamku kali ini. Baru saja aku tiba di rumah. Bersandar dan berhadapan dengan laptop jadul ini. Saat sebelum aku pulang dari rumah salah satu temanku. Aku sempat mengira bahwa aku akan sampai atau tidak, nyatanya pikiran konyol itu terjadi lagi. Bahwa sekarang ini aku masih bisa tiba di rumah dengan selamat. Ini adalah pulang malamku yang pertama kali. Setelah sudah satu tahun lamanya mengurung diri di dalam kamar kost. Kali ini cukup beda. Aku di kampung, dulu-dulu tempatku bukan di kamar ini. Namun, pada kamar teman. Kamar ini sungguh membuatku jengkel. Isinya hambar, rusak, bangunan tua. Tersusun dari papan-papan buangan dari tetangga. Yah, sekarang ini jauh lebih indah. Kasur Ibu sangat nyaman. Bantalnya mampu menemani ceritaku hingga pagi datang lagi. Bukan itu yang aku banggakan. Melainkan tentang kedatangan temanku dari Yogyakarta. Naldio. Dia kuliah di Yogyakarta. Aku tak sempat menanyakan universitasnya karena saking banyaknya ...